Kelainan Genetik dan Keanekaragaman Identitas Seksual - xwijaya

Tidak menemukan artikel? cari disini



Kelainan Genetik dan Keanekaragaman Identitas Seksual

Kelainan Genetik dan Keanekaragaman Identitas Seksual
Foto Ilustrasi sumber: www.youtube.com

Kelainan Genetik dan Identitas LGBT


Mengutip American Psychological Association (APA), LGBT merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Media ini dilaporkan menurut American Psychological Association (APA), yang secara resmi dijelaskan sebagai singkatan untuk mengidentifikasi kelompok individu dengan preferensi atau identitas seksual yang berbeda. Lesbian merujuk pada perempuan yang tertarik secara eksklusif pada perempuan. Gay merujuk pada laki-laki yang tertarik secara eksklusif pada laki-laki. Biseksual adalah orang yang tertarik pada kedua jenis kelamin, baik itu laki-laki maupun perempuan. Sementara itu, Transgender merujuk pada individu yang mengidentifikasi diri mereka sebagai jenis kelamin yang berbeda dari kelamin yang ditentukan saat mereka dilahirkan. Jika individu transgender menginginkan intervensi medis untuk mengubah jenis kelamin mereka, mereka juga dapat disebut sebagai transseksual.


Kelainan Genetik dan Penyebab LGBT


Ahli Genetika dari Universitas Airlangga (Unair), dr. Zakiyatul Faizah, menyatakan bahwa LGBT disebabkan oleh kelainan genetik. Dalam sebuah rilis pada 18 Mei 2022, dr. Faizah menjelaskan bagaimana individu dapat mengidentifikasi diri mereka sebagai lesbian, gay, biseksual, atau transgender. Manusia dibagi menjadi dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Pembedaan jenis kelamin ini terjadi berdasarkan kromosom yang dimiliki seseorang. Laki-laki memiliki kromosom XY, sementara perempuan memiliki kromosom XX. Untuk menjadi laki-laki atau perempuan yang sepenuhnya berkembang, seseorang membutuhkan kromosom, gen, dan hormon yang normal. Namun, dalam beberapa kasus tertentu, terdapat kelainan yang mengganggu perkembangan laki-laki atau perempuan yang sepenuhnya normal. "Kelainan ini dapat terjadi pada tingkat kromosom, gen, atau hormonal. Rentang kelainan ini sangat luas, mulai dari yang tidak berbahaya hingga yang mengancam jiwa. Misalnya, seseorang mungkin memiliki penampilan laki-laki tetapi memiliki kromosom perempuan, atau sebaliknya," jelas dr. Faizah.


Dr. Faizah juga menambahkan bahwa kelainan pada gen yang menentukan jenis kelamin dapat mempengaruhi perkembangan organ reproduksi dan ciri seksual sekunder seseorang. Untuk menegaskan adanya kelainan tersebut, pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan. "Orang yang mengalami kelainan pada jenis kelaminnya biasanya diberikan pilihan untuk menjadi laki-laki atau perempuan, tetapi hal ini hanya dapat ditentukan melalui pemeriksaan dan konsultasi yang komprehensif. Penting untuk memahami bahwa jenis kelamin berbeda dengan gender dan orientasi seksual," ungkapnya. Jenis kelamin seseorang ditentukan sejak dalam kandungan, sementara gender dan orientasi seksual dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sosial, psikologis, dan pergaulan. "Ada kemungkinan adanya kelainan pada kromosom, gen, atau hormon yang mempengaruhi jenis kelamin seseorang, sehingga mereka tidak berkembang menjadi laki-laki atau perempuan yang sepenuhnya normal. Namun, hal ini harus dibuktikan melalui serangkaian pemeriksaan, karena jenis kelamin tidak dapat berubah-ubah seperti halnya gender dan orientasi seksual," jelasnya. Menurut dr. Faizah, orientasi seksual sangat dipengaruhi oleh faktor luar. Dalam beberapa kasus, ada individu laki-laki atau perempuan yang secara fisik normal, tetapi preferensi seksualnya berbeda dari laki-laki atau perempuan yang umum. "Orientasi seksual bisa berubah-ubah karena dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal. Namun, secara genetik, jenis kelamin seseorang tetap tidak berubah-ubah," paparnya.

.

Video Terkait:

Tidak ada komentar