Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Meningkat di Maret 2024
Illustration: cnbcindonesia.com |
Proyeksi Surplus Neraca Perdagangan Maret 2024
Surplus neraca perdagangan diproyeksi meningkat pada Maret 2024 ditopang oleh menguatnya harga komoditas serta perbaikan aktivitas manufaktur mitra dagang utama. Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Maret 2024 pada Senin (22/4/2024). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2024 akan mencapai US$ 1,54 miliar. Surplus tersebut naik tipis dibandingkan Februari 2024 yang mencapai US$ 0,87 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 47 bulan beruntun. Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan terkontraksi 9,63% (year on year/yoy) sementara impor turun 4,86% (yoy) pada Maret 2024. Impor diperkirakan terkontraksi setelah melonjak pada Februari 2024 sebagai dampak permintaan menjelang Ramadhan.
Pengaruh Harga Komoditas Terhadap Ekspor Indonesia
Ekspor diperkirakan menanjak pada Maret 2024 seiring dengan menguatnya harga komoditas andalan Indonesia mulai dari batu bara hingga minyak kelapa sawit mentah (CPO). Berdasarkan catatan Refinitiv, rata-rata harga batu bara pada Maret 2024 di angka US$ 131,49 per ton, lebih tinggi dibandingkan dengan Februari 2024 sebesar US$ 124,42 per ton. Kenaikan harga batu bara disebabkan oleh impor besar-besaran dari China dan India. Impor batu bara thermal China melonjak 29% (mtm) pada Maret 2024 menjadi 29,7 juta ton. Impor naik sejalan dengan mulai menggeliatnya perekonomian China. Sementara itu, rata-rata harga CPO tercatat MYR 4.153,7 per ton pada Maret 2024. Lebih tinggi dibandingkan pada Februari 2024 sebesar MYR 3.866,71 per ton. Kenaikan CPO disebabkan oleh permintaan menjelang Lebaran Idul Fitri dari sejumlah negara, terutama India. Sawit dan batu bara menyumbang ekspor sekitar 30% dari total ekspor Indonesia sehingga pergerakan harganya akan sangat menentukan ekspor.
Peningkatan Aktivitas Manufaktur Mitra Dagang
Menggeliatnya ekonomi di sejumlah negara mitra dagang juga ikut menopang surplus Maret. Negara mitra dagang utama Indonesia mulai menunjukkan peningkatan aktivitas manufaktur yang pada akhirnya berdampak pada permintaan impor. PMI Manufaktur China melesat ke 51,1 pada Maret 2024 atau tercepat sejak Februari 2023. PMI Manufaktur Jepang juga naik ke 48,2 pada Maret 2024 sementara aktivitas manufaktur India melesat ke 59,1 pada Maret, dari 56,9 pada Februari 2024.
Surplus 47 Bulan Beruntun
Bila neraca perdagangan berlanjut pada Maret 2024 maka Indonesia akan membukukan surplus selama 47 bulan beruntun. Catatan surplus menjadi pencapaian Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena menjadi yang terpanjang di Era Reformasi dan salah satu yang terbaik dalam sejarah Indonesia. Pencapaian ini juga terbilang luar biasa mengingat neraca dagang Indonesia pada 2018 hingga 2019 lebih kerap diwarnai defisit. Pada periode Juli 2018-Januari 2020, neraca dagang mencatat defisit 13 kali defisit dan lima kali. Setelah melewati pencapaian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yakni surplus selama 42 bulan, Jokowi diproyeksi juga telah melewati salah satu pencapaian terbaik di era Soeharto yakni surplus selama 46 bulan beruntun pada Februari 2024. Surplus terpanjang yang dicatat Indonesia adalah selama 153 bulan yang terbentang dari Juli 1995-Maret 2008. Periode tersebut terbentang dari periode pemerintahan Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, hingga Megawati Soekarnoputri. Presiden Soeharto yang memerintah selama 32 tahun di Indonesia pernah mencatatkan surplus panjang selama tiga periode yakni selama 91 bulan pada periode Agustus 1975 hingga Februari 1983. Surplus tersebut adalah yang terpanjang yang pernah dicatat Indonesia. Periode terpanjang kedua adalah selama 48 bulan beruntun.
Tidak ada komentar
Posting Komentar