Tata Ruang Pekarangan dalam Arsitektur Tradisional Bali
Illustration: baliexpress.jawapos.com |
Bangunan Suci
Salah satu faktor penting dalam membangun rumah yang nyaman adalah penataan bangunan yang sesuai dengan konsep tradisional Bali. Mengacu pada tradisi tata ruang pekarangan di Bali, berbagai bangunan memiliki fungsi dan penempatan yang khas. Bangunan suci seperti mrajan atau sanggah menjadi titik pusat pemujaan bagi Tuhan dan leluhur masyarakat Bali.
Bale Meten dan Bale Dangin
Bale Meten atau Bale Daja, terletak di bagian utara pekarangan dan digunakan untuk keperluan tidur keluarga serta upacara keagamaan. Sementara itu, Bale Dangin yang biasanya terletak di bagian timur, difungsikan khusus untuk upacara keagamaan.
Bale Dauh, Loji, dan Tiang Sanga
Bale Dauh, Loji, atau Tiang Sanga berperan sebagai tempat menerima tamu dan penginapan bagi anak-anak yang sudah dewasa. Bangunan ini umumnya terletak di bagian selatan pekarangan.
Bale Delod dan Jineng
Di bagian selatan pekarangan terdapat juga Bale Delod yang berfungsi ganda sebagai tempat menerima tamu dan ruang upacara adat. Selain itu, terdapat juga Jineng atau Lumbung yang berperan sebagai tempat penyimpanan hasil panen.
Paon atau Dapur
Paon atau dapur terletak di sebelah barat Bale Delod, memastikan kenyamanan saat memasak bagi keluarga. Meskipun demikian, dalam era modern dengan keterbatasan ruang, penyesuaian menjadi kunci. Penyesuaian tersebut bisa dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip tradisional dalam skala yang lebih kecil.
Harmoni dalam Penataan Bangunan
Penting untuk diingat bahwa fondasi bangunan dan penempatan ruang memiliki peran penting dalam menciptakan harmoni. Penggunaan ukuran dan penempatan yang tepat sesuai dengan tradisi lokal menjadi hal yang ditekankan dalam membangun rumah yang nyaman dan sesuai dengan konsep tradisional Bali.
Tidak ada komentar
Posting Komentar