Wow! Salman Rushdie Diserang Dengan Pisau di AS
Illustration: dw.com |
Kejadian Mengerikan di Acara Kesusastraan
Salman Rushdie, penulis terkenal yang dijatuhi hukuman mati oleh Ayatollah Rohullah Khomeini lebih dari 35 tahun yang lalu, mengalami serangan pisau di sebuah acara kesusastraan di New York, Amerika Serikat. Penyerang tersebut melukai Rushdie dengan serius, dan penulis berusia 76 tahun itu sekarang buta pada satu matanya dan tidak bisa menggerakkan salah satu tangannya. Serangan ini menunjukkan bahwa kebencian terhadap Rushdie masih ada dan belum surut.
Rushdie Melawan Kekerasan dengan Seni
Salman Rushdie telah menulis buku baru yang berjudul "Pisau. Meditasi Setelah Ancaman Pembunuhan" sebagai respons terhadap serangan tersebut. Dalam buku ini, Rushdie mencoba memahami apa yang terjadi dan merespons kekerasan dengan seni. Buku ini menceritakan tentang ketakutan, rasa syukur, dan perjuangan untuk kebebasan dan penentuan nasib sendiri. Buku ini telah diterbitkan di lebih dari 15 negara dan menjadi cara Rushdie menghadapi konsekuensi serangan tersebut.
Keberanian Salman Rushdie
Meskipun Rushdie terus-menerus berada dalam bahaya dan kehidupannya terancam oleh ekstremis Islam, dia tidak pernah menunjukkan rasa takut. Fatwa hukuman mati yang dikeluarkan terhadapnya oleh Ayatollah Khomeini pada tahun 1989 belum dicabut hingga saat ini. Serangan terhadap Rushdie pada tahun 2022 menunjukkan bahwa keamanan terhadapnya masih belum memadai. Pelaku penyerangan tersebut ditangkap dan sidangnya akan dimulai pada Januari 2024.
Buku "Knife" sebagai Pengalihan Perhatian
Setelah serangan tersebut, Rushdie berencana untuk menulis buku tentang pengalamannya. Dia ingin menulis cerita dengan format orang pertama karena menurutnya, serangan tersebut adalah cerita orang pertama. Meskipun bukan buku yang mudah untuk ditulis, Rushdie merasa perlu untuk menulisnya dan mengalihkan perhatiannya ke hal lain. Dia merasakan hal serupa pada tahun-tahun setelah fatwa dikeluarkan terhadapnya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar